Apa Isi Stupa Induk Candi Borobudur?

Mungkin telinga kita sudah gak asing lagi mendengar candi borobudur dan mungkin sebagian dari kamu sudah pernah berkunjung ke candi yang kemegahannya sudah terkenal di seluruh dunia dan sempat menjadi salah satu dari 7 keajaiban dunia. Mungkin juga kalian bertanya-tanya apa sich yang terdapat di dalam stupa induk candi borobudur. sebagian ahli sejarah yang pernah kutanya mengatakan kemungkinan dalam stupa induk ada sebuah arca yang lebih besar dari arca-arca yang lain. taetapi ada juga yang mengatakan didalam stupa induk ada sebuah batu beasar berlubang yang berfungsu\i ubtuk menyimpan abu jenazah dari slah satu anggota keluarga wangsa sailendra jadi candi dibuat untuk menghormati beliau. Banyak perkiraan-perkiraan tentang apa isi dari stupa induk candi borobudur melalui cerita ini kita akan menguak rahasia isi dari srupa induk pada candi borobudur.

Orang pertama yang melakukan reset dan penelitian pada candi borobudur adalah Cornelius pada masa jenderal Raffles tahun 1814 dalam penelitian tersebut tidak disinggung sama sekali tentang isi dari stupa induk pada candi borobudur banyak sekali cerita-cerita yang di dapat dari masyarakat sekitar borobudur yang mengemukakan isi dari stupa induk, ada yang mengatakan isinya berupa arca emas patung buda yang telah dicuri oleh pencuri dijaman itu (sekitar tahun 1814 – 1842), da yang mengatakan isi dari stupa induk berupa arca batu, ada juga yang mengatakan isi dari stupa induk kosong.Seorang peneliti dan pemimpin pemugaran candi borobudur asal belanda yang bernama Van Erp dalam laporan pemugaran pada tahun 1931 sebagai Bouwkundige Beschrijving dari monografi besar candi borobudur menyatakan dalam pemugaran awal stupa induk candi borobudur terdapat rongga besar yang terdapat di rongga stupa induk candi borobudur memang dibuat untuk menempatkan sebuah arca induksedangkan adanya rongga-rongga kecil yang berada di atasnya menjadi petunjuk adanya peripihan yang bertujuan untuk menyempurnakan dan melengkapi makna candi borobudur.

Stutterheim seorang pakar peneliti bangunan kuno dan candi menggali sumber-sumber dari kitap-kitap kuno Jawa Sang Hyang Kamahayanikan yaitu kitap uang khusus masalah keagamaan Buda Mahayana hasil study dalam tahun 1929 yang berjudul Tjandi Baraboedoer. Naam,Vorm en Beteekwnis menyimpulkan bahwa arca budha candi borobudur harus terdapat 505 buah arca yang masing-masing menggambatkan pengejawantahan dari sang budha. Arca yang ada sekarang terdapat 504 buah archa, sehingga terdapat kekurangan 1 buah arca. selanjutnya Stutterheim menjelaskan bahwa menurut Sang Hyang Kamahanikan pula maka di atas segala bentuk kebudaan yang sudah terwajili oleh 504 arca chandi borobudur masih ada bentuk pengejawantahan yang tertinggi , Maha tunggal dan tidak nampak yaitu yang disebut Bhatara Budha. Bhatara inilah yang belum ada wakilnya dalam 504 archa buda, maka kesimpulan dari Stutterheima arca tidak sempurna (Belum selesai pengerjaannya) yang etrdapat di luar candi dibawah pohon gobi inilah yang merupakan arca utama yang terdapat pada stupa induk candi borobudur.

A rca yang tidak sempurna menggambarkan tokoh maha sempurna dapat diterangkan dari segi kesadaran manuasia akan keterbatasan kemampuan. Ia tidak mampu menggambarkan apalagi mewujudkan kesempurnaan. hanya saja ia menyadari bahwa alam semesta itu sempurna karena selalu menampilkan dua unsur yang berlawanan,ada pria ada wanita,ada langit ada bumi, ada siang adsa malam dll. dari sini terdapat keseimbangan dan dapat disimpulkan yang namanya betul-betul sempurna itu bila yang indah diimbangi dengan yang jelek dan yang lengkap diimbangi dengan cacat. maka arca cacad yang terdaoat atau bertahta di puncak stupa candi adalah pelengkap mutlak dan harus ada untuk menggambarkan kesempurnaan dari manifestasi sang Budha Secara menyeluruh.

Serat Centini menguak rahasia isi Stupa Induk Candi Borobudur

Serat Centini adalah kitab jawa yang ditulis dengan huruf jawa dan digubah dalam bentuk tembang atau puisi berisi tentang segala macam pengetahuan yang dimiliki oleh orang jawa pada masa itu: Masalah rumah tangga, masalah hidup, masalah perkawinan dan kebahagiaan, masaalah watak manusia, masalah binatang peliharaan, masalah senjata perang atau keris, masalah falsafah keagamaan sehingga serat centini dianggap sebagai ensiklopedi dan sumber informasi yang amat penting untuk menggali pemikiran Jawa.memiliki 12 jilid untuk menampung naskah yang terdiri dari 722 pupuh.

Menurut keterangan dari Bubuka, serat centini itu mulai digarap pada sabtu pahing tanggal 6 suro tahun paksa suci sapda ji yang bertepatan dengan tahun jawa 1742 atau tahun masehi 1814. dikatakan bahwa penyusun memakan waktu sebanyak 16 tahun dan selesai dugubah pada tahun 1830, jauh haru sebelum residen kedu Hartmann mengawali kegiatannya di borobudur. bahan yang dikumpulkan dalam naskah centini itu sudah ada sebelum borobudur dipugar. oleh karena itu keterangan tentang arca dalam stupa utama candiborobudur dapt kita jadikan bukti.

Keterangan yang menarik tercantum dalam pupuh 105 pada halaman 59-60 Jilid II pada bait ke 9-10 serat centini latin yangt berbunyi :

bait 8

” Umiyat kurungan sela, tinarancang alus remit, nglebete kurungansela, isi rece geng satunggil, nanging panggarapneki, kinten-kinten dereng rampung, saranduning sarira, katha kang dereng cinawi, kang samya myat langkung eram ing werdaya

Bait 9

“Mas Cobolang angandiko, Para durunane iki, reca agung tur neng puncak, teka tan lengkep ing warni, yen pancen durung dadi, iku banget mokalipun, baya pancen jinarag, embuh karepe kang kardi,mara padha udakarenen ing driya.”

keterangan:

Nampak sang batu yang dikerjakan halus dan rumit. Sangkar ini berisi satu buah arca besar tetapi pengerjaannya kira-kira belum selesai. Pada seluruh tubuhnya banyak yang belum diukir. Mereka yang melihatnya kagum didalam hati. Mas Cebolang berucap : Bagaimana mungkin ini, arca besar lagipula dipuncak kok tidak lengkap macamnya. kalau memang belum jadi itu sangat mustahil. mungkinkah memang disengaja? Entah apa maunnya yang membuat mari kita renungkan dalam hati.

hal ini membuktikan bahwa memang benar teori yang dikemukakan oleh Stutterheim bahwa isi stupa utama pada candi borobudur berupa arca budha yang kondisinya belum sempurna ikal rambutnya belum terpahat, tangan kakinya masih terlihat kasar ada bekas pahatan,dan ada patahan pada bagian hidung dan bahu.

Tinggalkan komentar